Apakah Anda pernah bertanya-tanya mengapa kita menggunakan kata “sejarah” untuk menunjuk kepada masa lampau? Ternyata, kata ini memiliki akar bahasa yang menarik dan mendalam. Perjalanan kata “sejarah” bermula dari bahasa Arab “syajaratun” yang berarti “pohon“. Mengapa “pohon” dihubungkan dengan masa lampau? Mari kita telusuri asal usulnya dan memahami makna tersembunyi di balik kata “sejarah” yang kita gunakan sehari-hari.
Dalam bahasa Arab, pohon melambangkan pertumbuhan, perkembangan, dan silsilah. Cabang-cabang pohon dianggap sebagai percabangan dari masa lalu menuju masa kini, dan akarnya mewakili asal mula. Kata “syajaratun” kemudian diadopsi oleh bahasa Persia sebagai “shājr” dan akhirnya menjadi “shajarat” dalam bahasa Turki. Dari sini, kata “shajarat” kemudian masuk ke bahasa Melayu dan menjadi “sejarah” yang kita kenal sekarang.
Sejarah Kata ‘Sejarah’
Kata “Sejarah” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab, yaitu “syajaratun” yang berarti “pohon”. Istilah ini digunakan dalam konteks sejarah karena pohon memiliki akar, batang, dan cabang, yang melambangkan perjalanan waktu dan silsilah yang saling terhubung.
Dalam bahasa Arab, “syajaratun” digunakan sebagai metafora untuk menggambarkan garis keturunan, silsilah, dan asal-usul. Secara filosofis, pohon diibaratkan sebagai simbol dari “sejarah manusia” yang memiliki akar (masa lampau), batang (masa kini), dan cabang (masa depan).
Kata “syajaratun” kemudian diadaptasi ke dalam bahasa Persia sebagai “tarikh”, yang kemudian masuk ke dalam bahasa Melayu dan akhirnya menjadi “sejarah” dalam bahasa Indonesia.
Akar Kata ‘Syajaratun’ dalam Bahasa Arab
Kata “sejarah” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab “syajaratun” yang berarti “pohon“. Kata “syajaratun” sendiri berasal dari akar kata “sy-j-r” dalam bahasa Arab. Akar kata ini mengandung makna yang luas, mencakup berbagai aspek terkait pohon, seperti:
- Percabangan: Akar kata ini menggambarkan struktur pohon yang bercabang-cabang, melambangkan perkembangan dan perluasan.
- Pertumbuhan: Pohon merupakan simbol pertumbuhan dan perkembangan, melambangkan perjalanan hidup manusia dan sejarah yang berkembang secara bertahap.
- Kesejahteraan: Pohon memberikan buah dan keteduhan, melambangkan keberkahan dan kesejahteraan.
Secara etimologis, penggunaan kata “syajaratun” untuk merujuk pada “sejarah” kemungkinan besar berkaitan dengan konsep silsilah dan keturunan. Pohon keluarga dalam bahasa Arab disebut “shajarat al-nasab“, yang menggambarkan bagaimana silsilah seseorang bercabang dan berkembang seperti pohon.
Penggunaan kata “syajaratun” untuk merujuk pada “sejarah” juga dapat dikaitkan dengan konsep pohon pengetahuan. Dalam berbagai budaya, pohon seringkali dianggap sebagai tempat penyimpanan pengetahuan dan hikmah. Hal ini tercermin dalam kisah Adam dan Hawa yang memakan buah pengetahuan dari pohon terlarang.
Dengan demikian, kata “sejarah” yang berasal dari “syajaratun” mengandung makna yang kaya dan kompleks, menggambarkan perjalanan hidup, perkembangan, dan silsilah. Kata ini menjadi simbol untuk memahami masa lampau, mempelajari perkembangan dan perubahan, serta memahami bagaimana masa kini terhubung dengan masa lalu.
Makna ‘Syajaratun’ dan Kaitannya dengan ‘Sejarah’
Kata “sejarah” yang kita kenal dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab “syajaratun”, yang secara harfiah berarti “pohon”. Hubungan antara pohon dan sejarah mungkin tampak asing, tetapi makna simbolik dari pohon memegang kunci untuk memahami asal usul kata “sejarah”.
Dalam konteks budaya Arab, pohon memiliki makna yang sangat mendalam. Pohon dipandang sebagai simbol kehidupan, pertumbuhan, dan pengetahuan. Akar pohon yang menancap kuat di bumi melambangkan “asal-usul” atau “permulaan”. Batang pohon yang menjulang tinggi menggambarkan “perjalanan waktu” dan “perkembangan”. Daun-daun yang bergoyang ditiup angin melambangkan “perubahan” dan “kejadian”.
Jadi, “syajaratun” dalam makna simboliknya merujuk pada “asal usul, perkembangan, dan kejadian masa lampau”. Konsep ini kemudian diadopsi ke dalam bahasa Indonesia sebagai “sejarah”, yang mengacu pada rekaman peristiwa-peristiwa penting dan perkembangan suatu bangsa atau masyarakat di masa lampau.
Perkembangan Makna ‘Sejarah’ dari Masa ke Masa
Kata “sejarah” dalam bahasa Indonesia berasal dari bahasa Arab “syajaratun” yang berarti “pohon”. Meskipun etimologinya menunjuk pada pohon, makna “sejarah” telah berevolusi seiring waktu dan mengalami perluasan. Pada awalnya, “syajaratun” digunakan untuk melambangkan silsilah atau garis keturunan seseorang, seperti halnya pohon dengan cabang-cabangnya yang menggambarkan koneksi antara generasi.
Kemudian, makna “sejarah” berkembang menjadi catatan tentang peristiwa-peristiwa penting yang terjadi di masa lampau. Hal ini karena pohon dapat diibaratkan sebagai penanda waktu, dengan lingkaran tahunannya yang mencatat perjalanan hidupnya. Dalam konteks ini, “sejarah” menjadi semacam “lingkaran tahun” kehidupan suatu bangsa atau peradaban.
Perkembangan makna “sejarah” mengalami lagi perluasan. Sekarang, “sejarah” bukan hanya catatan peristiwa, tetapi juga mencakup interpretasi dan analisis terhadap peristiwa-peristiwa tersebut. Dengan kata lain, “sejarah” menjadi disiplin ilmu yang mempelajari tentang masa lampau, termasuk penyebab, konsekuensi, dan makna dari peristiwa-peristiwa yang terjadi.
Pengaruh Bahasa Arab pada Bahasa Indonesia
Bahasa Arab telah memberikan pengaruh yang signifikan terhadap Bahasa Indonesia, khususnya dalam hal perbendaharaan kata. Salah satu contohnya adalah kata “sejarah” yang berasal dari bahasa Arab “syajaratun” yang berarti “pohon”. Perubahan makna ini menarik untuk ditelusuri.
Pada awalnya, kata “syajaratun” dalam bahasa Arab digunakan untuk melambangkan pohon silsilah atau genealogi. Hal ini dikarenakan cabang-cabang pohon menyerupai garis keturunan yang bercabang. Makna ini kemudian berkembang menjadi “sejarah”, yang mengacu pada catatan tentang peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa lampau, seperti pohon yang mencatat perjalanan waktu melalui lingkaran tahunnya.
Pengaruh bahasa Arab terhadap Bahasa Indonesia sangat terasa dalam berbagai bidang, mulai dari keagamaan, hukum, pendidikan, hingga kehidupan sehari-hari. Kata-kata serapan dari bahasa Arab seperti “kitab,” “imam,” “shalat,” “haji,” dan “zakat” telah menjadi bagian integral dari Bahasa Indonesia.
Pengaruh bahasa Arab dalam Bahasa Indonesia menjadi bukti betapa kaya dan luasnya interaksi antar budaya. Bahasa Arab bukan hanya sekedar sumber kata, tetapi juga membawa serta budaya dan pengetahuan yang kemudian diserap dan diadaptasi dalam budaya Indonesia.