Generasi Home Service, Anak susah Mandiri Terbiasa dilayani Asisten Rumah Tangga

Anak dan Asisten Rumah Tangga
Anak dan Asisten Rumah Tangga

 
Generasi home service adalah generasi yang dilahirkan dari anak yang diasuh oleh pembantu atau asisten rumah tangga karena orang tuanya sibuk bekerja di kantor atau anak yang terbiasa dilayani sendiri oleh orang tuanya. Nah dengan itu anak terbiasa melakukan hal yang sepele selalu harus dibantu.

Misalkan saja membuka permen harus dibukakan oleh asisten, makan minta disuapin, sedikit-sedikit minta dibantu. Harusnya si anak bisa mandiri untuk membuka permen kalau tidak kuat membuka bisa mencari alat seperti gunting atau yang lainnya.

Ataupun kalau tidak ada asisten orang tua terlalu memanjakannya, apa-apa dibantu orang tua. Nyetrika nyuci dll. Padahal anak dinilai sudah mampu. Selain itu kalau anak bertengkar dengan anak lain misal berebut mainan, malah anaknya dibelain dan anak lain dimarahi kemudian langsung dibelikan mainan tersebut.

Harusnya anak diajarkan menabung dulu untuk dapat mainan itu, bukannya langsung dibelikan.

Menurut
saya, kalo Generasi Home Service ini tidak di sadari oleh orang tua dari
awal, maka sampai dewasa si anak akan terbiasa minta di layani terus misal
minta baju di setrika ataupun minta baju di cuci oleh orang tuanya. Dengan
alasan si anak tidak sempat, padahal itu semua karena si anak terbiasa di
layani dan tidak bisa mengatur waktu.

Banyak yang akhirnya tumbuh menjadi orang yang arogan, tidak perduli dengan orang lain, segala sesuatu diselesaikan dengan uang dan mengandalkan backing aparat dan pejabat kenalan untuk mendapatkan apa yang diinginkan.

Saya pun sedang berjuang terhadap anak
saya untuk meniadakan home service ini. Memang sebagai ortu kalo benar-benar menyanyangi anak, mereka harus dididik untuk bertanggung jawab atas hidupnya sendiri.

Saya membiasakan anak-anak untuk  melakukan semua yang bisa mereka lakukan sendiri, dan mencontohkan betapa asyiknya saat kita bisa melakukannya. Karena dengan terbiasa melakukannya sendiri..

Kita bisa menemukan cara2 yang paling efisien dan efektif dengan cara yang asyik.. Saat mengerjakannya. Pun karena ga bergantung pada orang lain.. jadi lebih enjoy dalam menjalani kehidupan.. ga gampang cemas kalo ga ada sesiapa yang bisa dimintai tolong.. Hidup lebih merdeka dan ga bergantung pada orang lain.

Sebagai contoh, Saya membiasakan anak laki laki saya yang berumur 10 and 5 tahun untuk mencari solusi di setiap masalah yang dihadapinya pastinya masih dengan pegawasan saya. Salah satu contoh nya anak sulung saya minta di belikan IPOD sedang dia sudah punya TAB.

Saya bilang ke anak saya , bunda kasih uang 10 rb. Kamu tabung untuk beli IPOD. Dengan muka cemberut dia ambil uang itu. Tapi ke esokan hari nya pulang sekolah dia berteriak kegirangan karena uang 10 rb itu sudah menjadi 30rb.

Saya tanya bagaimana caranya akhirnya dia cerita 10rb nya di belikan permen coklat dan permen karet lalu di jual di sekolah. Dengan semakin bertambahnya modal dia semakin memperbanyak variasi dagangannya. Hingga tiap hari minimal untung 50 rb dia dapat.

Dia juga meminta temen nya jadi asistan alias bantuin jualan dan di kasih fee 5rb perminggu. Seiring berjalannya waktu semua temen sekelasnya yang hanya 15orang ikut jualan hahahahaha hingga wali kelas nya membuat peraturan tidak boleh jualan di kelas or sekolah dengan alasan sudah ada kantin.

Itu membuat anak saya emosi kenapa temen temennya ikutan jualan padahal uang sakunya mereka setiap hari udah 50rb. Kenapa dia di larang jualan padahal dia jual barang yang ga da di kantin. Akhir nya saya kasih pengertian bahwa itulah hidup.

Anggap saja kamu PKL dan guru mu satpol pp. Saya bangga sama anak saya yang bisa mencari solusi dan jadi inspirasi temen2nya. Uang 10rb menjadi jutaan dalam 2bulan.

Saya sendiri punya tiga anak yang udah besar 2 orang, mungkin kalau buat bayar pembantu saya mampu, tapi aku gak cari pembantu, kerjaan RT tiap hari kami kerjain bareng2 sama suami dan anak2, biar besuk kalau anakku yang cewe dah besar biarpun jadi orang sukses tetep bisa mengerjakan semuanya secara mandiri.

Sangat beruntung saya punya suami yang selalu membantu pekerjaan rumah, walaupun pernah juga kami punya pembantu yang menjaga anak saat ditinggal kerja. Tapi semua pekerjaan rumah 75 % masih kami lakukan sendiri.

Haha..
sayangnya Indonesia kan punya budaya “kasian”. Kasian nanti anaknya nanti ini itu :p
Belum lagi kalo suami bantu pekerjaan rumah tangga, atau bantu mandiin anak
aja, ipar atau ortu bilang kita ga becus jadi emak.

Padahal tujuannya mulia seperti
di atas. Jadi ya, supaya siap, kita harus siap mental juga “tutup kuping” sama
omongan2 yang ga membangun atau mungkin malah bikin sakit hati, yang biasanya
malah datang dari keluarga atau teman dekat 🙂 semoga Anda siap latihan cuekin omongan orang.

Alhamdulillah suami ku mau berbagi tugas kalo lagi dirumah, emang bener jadi terjalin keharmonisan antara anak, ayah,dan ibunya di rumah.

Selain itu tanpa pembantu rumah tangga biar anak lebih mandiri harus dibiasakan punya tanggung jawab pada sesuai masanya.

Juga
tak jarang tiap semingu sekali tak jewer i, biar peredaran darah dan
sarap ke otak nya lancar , dan dari 2 tahun sudah di ajari mandiri,
makan mandi, pake baju dan nyuci sendiri, dan bantu bantu bersih bersih
rumah, pokok nya enak deh punya anak mandiri, bisa bulan madu terus
bapak ibu nya



Tapi…  adik suami saya sepertinya jadi generasi “HOME SERVICE” diusianya yang 21 tahun, semua masih dilayani, ga sekalipun mengerjakan pekerjaan rumah, karena terlalu enak di rumah, akhirnya malas cari kerja..

Parahnya lagi yang “melayani” semua kebutuhannya di rumah itu mertua saya yang seharusnya dah bisa menikmati masa tua, bukannya menjadi pelayan pribadinya. pokonya ga pantes COWO kaya begitu, jadi seakan2 masih lebih balita dari anaku yang 5 tahun,,,

waduh.. ini benar2 telak buat mertua saya.. di umurnya yang sudah dewasa ini bikin emosi naik terus, ga bisa urus diri sendri mandi aja kalau ga di suruh ga mandi2, sampah makannya dibiarkan sampe banyak semut meskipun semut2 itu sudah gigit dia, ini bukan manja lagi tapi males minta ampun deh..

 Memang saat ini dalam mendidik anak lebih terbatas dikarenakan waktu yang ada pada anak2 sekarang terlalu banyak dipakai untuk kegiatan yang menunjang kegiatan akademiknya agar berprestasi di sekolah.

Waktu aku dulu, tambahannya hanya belajar mengaji di musolah, sehingga banyak waktu yang bisa aku melakukan hal itu seperti membantu orang tua ngepel nyapu nyuci dll, tapi alhamdulillah prestasiku di sekolah waktu itu tidak jelek2 amat. Rupa2nya ada yang salah dengan sistem pendidikan kita saat ini, sehingga anak2 kita tidak punya kesempatan untuk membantu pekerjaan rumah tangga dengan ikhlas dan berkesinambungan.

Selain itu anak dilahirkan untuk di urus, bermain, belajar, diasuh dan di besarkan oleh orang tua si anak..bukan di urus oleh ART (terkecuali situasi dan kondisi keluarga yang harus membuat kedua ortu harus bekerja)..

Kalau ada campur tangan dari nenek/kakek dan anak banyak menghabiskan waktu bermain dengan eyang/orang lain daripada ortu sendiri.. ngapain melahirkan anak? Apa melahirkan anak merupakan kelengkapan status sosial? Buatlah mereka bangga kelak dewasa punya mama.

Kasihan kalo di titip ke mertua kalo mau di titip ke mertua harus siap konsekuensi yaitu perbedaan pola asuh anak. Kasihan kalo di titip ke mertua jadi gak punya me time sendiri kecuali kalo mertua mau ngikutin pola asuh jaman sekarang itu gak masalah. Contohnya kayak ibunya irfan hakim udah tua masih mau belajar pola asuh zaman sekarang.

Sedangkan kalau memang terpaksa menggunakan asisten rumah tangga (ART) sebaiknya gunakan jalan tengah, maksudnya masih pake ART karena memang kedua ortu semua kerja. Hanya saja kita sekeluarga harus punya kesadaran terhadap sisi negatifnya pola “HOME SERVICE” tadi.

Oleh karena itu kita bosa mengambil sikap dengan cara memberi pengarahkan yang ketat kepada ARTnya agar tidak berlebihan dalam melayani anak2 kita tetapi juga tidak boleh lengah terhadap hal2 yang mungkin bisa membahayakan dengan contoh2 dan peragaan yang kita berikan kepada ART.

Dan mengapa demikian? itu harus dijelaskan kepada para ART agar mereka punya pengertian yang baik dan punya jiwa mendidik, yang kelak nanti akan berguna bagi anak2 mereka (para ART) itu sendiri. He he he

Dan penting perlu diingat juga, Anak ga mandiri ga cuma karena ada art lo. Ada juga ortu yang tanpa sadar mau menjadi pelayan buat anaknya. ada keluarga yang semuanya dikerjakan oleh ibunya, padahal anaknya perempuan semua dan dah besar.

Oleh sebab itu untuk anak yang terlanjur home service ada baiknya didorong untuk ikut organisasi semacam osis atau pramuka atau organisasi lainnya..

Karena dengan berorganisasi anak akan terlatih untuk mandiri dan bertanggung jawab, dengan berorganisasi mereka juga akan terbiasa menjadi panitia kegiatan. Menjadi panitia kegiatan itu berarti sang anak akan belajar ‘melayani’. Ikut kegiatan camping atau jelajah alam juga bagus untuk melatih kemandirian dan sosialisasi dengan teman2nya…

Orang tua saya yang mempunyai 7 anak tidak memberlakukan home service, walaupun kami hidup sederhana, saya kedapatan tugas mengangkut air, nyapu, nyuci dan ngepel, bahkan ketika kami besar dan sudah bekerja pun kami membantu ekonomi keluarga, jatah saya bayar iuran listrik dan telepon hehehe, dan itu saya berlakukan kepada anak-anak saya.


Tergelitik juga jadinya untuk generasi yang kek gini sebenernya di mulai dari ortunya. Tanyain deh.. Para ortu yang sarjana masa mau ngasih anaknya di bawah asuhan asisten yang rata2 tamatan sma bahkan ada yang gak sekolah

..hayoooo…. masa ketika anak menanyakan sesuatu yang krusial masa di biarkan mendapat jawaban yang ala kadarnya si dengan kemampuan asisten yang full Day sama anak. Pilih mana????? Pekerjaan terberat itu ya jadi orang tua… gak di sekolahnya, gak di ijazahnya dan gak di rentang waktu kelulusanya… itu pekerjaan seumur hidup…

So…karir terhebat itu menjadi seorang orang tua… karena tidak semua mampu dan reward, kontraknya langsung sama Allah SWT. Dan yang paling penting penolong akherat kita ya anak kita. Bukan boss di kantor Apalagi perusahaan kita.

Leave a Comment