Padi di Ngawi |
Hancur betul nasib petani Ngawi.. Untuk harga gabah basah super Cuma di tawar 3600 per kilo… mau cari tengkulak dari luar daerah.pada takut masuk masuk ke ngawi.. karena tengkulak dari luar daerah masuk ngawi selalu di awasi.
Sedang kalau dijual ke bulog itupun harga pembelian pemerintah (HPP) hanya sampai 3700 per kilo, dan harus kirim sendiri.
Memang mendengar cerita dulu-dulu dari jatim khususnya kok jadi ngenes ya… petani kayak teroris selalu diawasi, diinteli… sudah harga murah mau jual sulit gak boleh tengkulak masuk kedaerah lain.. Dulu ulama diawasi dianggap terorist… kini.ganti petani.
Tapi masalahnya padi Ngawi juga kadang sampek ke pabrik-pabrik beras di Jember. Kadang pake fuso. lha yang ga bolehin tengkulak luar masuk siapa ya? jangan-jangan ini isu atau kabar burung yang dibuat-buat dagang lokal aja biar bisa beli murah. Inilah mafia pangan yang harus bisa diatasi.
Mencari harga bagus itu gak salah, mungkin kalo 1-2 orang yang jual ke tengkulak luar akan masalah, tapi kalau banyak pasti tak apa..
Kita harus berpikir gimana caranya.memberantas tengkulak nakal….yang mempermainkan harga
Untuk mengatasi kerugian tersebut ada juga petani yang menjaul sendiri berasnya tidak lewat tengkulak, jadinya kita petani sekaligus pedagang. Dengan cara mengeringkan padi kemudian dipecah menjadi beras. Inilah petani yang kreatif.
Namun sayangnya ide ini tidak pas untuk semua petani, karena untuk mengeringkan padi butuh lantai jemur yang luas. Sedang tidak semua petani memiliki halaman yang luas tersebut, belum lagi masalah cuaca yang hujan melulu.
Untuk itu petani dapat membeli terpal sawah bekas panen untuk di sebari damen buat jemur. Tapi lagi-lagi cara ini tidak mampu jika hasil panen ternyata ratusan ton, tapi untuk petani cilikan seperti saya ini tidak masalah, musim tanam 1 (MT1) kemaren hujan full terus-terusan juga tidak jadi masalah.
Mungkin banyak orang berpikir bahwa para petani bisa menyimpan dulu berasnya. Seperti membuat lumbung sendiri buat tampungan sampai periode
selanjutnya. Jangan dijual dahulu. Kalau semua petani kompak, pasti akan
naik dengan sendirinya. Atau dijual pada saat harga naik, misalnya pada saat tahun baru harga beras naik.
Namun kenyataan kalau padi yang sudah dipanen disimpan terlalu lama maka bobotnya akan berkurang drastis bisa sampai 1/4 nya sehingga akan cenderung lebih merugi.
Sedang kalau petani padi melakukan perpindahan secara masif ke palawija/horti bisa jadi akan membuat tambah hancur harga palawija/horti karena lahan petani padi sangat luas,. yang sekarang saja cabe dihargai dibwah 5000/kg, kalau pada pindah cabe bisa seharga 1000/kg sedang biaya tanam bisa sampai 3rb/batang bahkan lebih,. tanaman horti yang lain juga sama nasibnya,. harganya murah… Jadi ini bukan solusi.
Sebagai perbandingan harga dari sumber kawan-kawan petani dari daerah lain, Kalau dijepara 4500-5000 per kilo. Gabah Kering Panen (GKP) lamongan 4400. Gresik lepas dipanen 5000. Blora 3400. Bandung GKP 4800/kg, Aceh 5000 GKP. Subang 4800. GKP 4800 lamongan. Sumatera Barat kisaran 3600-3700.
Mungkin ini saatnya kita harus minta perhatian dari pemerintah agar harga kembali normal. Atau petani harusnya Demonstrasi, sama kayak PNS tu kan hasil demo mereka sekarang enak.
Tapi kebanyakan pada buru-buru cepet di jual. Karena buat beli pupuk dan obat-obatan untuk tanam berikut nya. Dalam artian biasanya petani kalah sama kebutuhan….. mau di timbun hutang dah jatuh tempo hehehhe mau gak mau sih jual murah >>> kayak saya hhh
Lagi-lagi kata sabarr sabarrr dan sabarr… tapi kalau petani kompak… pasti tengkulak kalahh…. kalau di Cilacap katanya… malah kalau gak berani mahall gak jadi dijuall…
Inilah nasib petani, waktu mupuk susah cari pupuk. Waktu ada penyakit, obat mahal. Waktu panen harga tak sepadan dengan biaya perawatan. Inilah nasib sesungguhnya rakyat indonesia seperti orang asing di rumah sendiri.
Mudah-mudahan dulur-dulur ku di ngawi selalu diberikan jalan yang trbaik… tanah kelahiran ku ngawi… semoga tetap NGAWI BERJUANG.